Bimbingan Belajar Baca Tulis di Tangerang, Dengan Metode Unik di BIBA

Selama ini, metode pendidikan bimbingan belajar baca tulis yang konvensional banyak menggunakan metode satu arah. Guru berbicara di depan kelas dan anak mendengarkan. Lalu, anak-anak kemudian diminta untuk mengulangnya lewat metode menghapal melalui buku teks.

Metode ini dilakukan secara seragam di satu sekolah atau institusi pendidikan yang formal. Padahal, anak-anak punya modalitas belajar yang unik, tidak bisa diseragamkan.

bimbingan belajar baca tulis

Apa itu modalitas belajar? Sederhananya, modalitas belajar adalah cara anak untuk menyerap informasi di sekitarnya. Pada proses belajar, menerapkan modalitas yang sesuai untuk anak ini bisa memberikan hasil yang efektif. Modalitas ini sendiri umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu visual, auditory, dan kinestetik.

Pada modalitas belajar visual, anak-anak lebih mudah belajar lewat buku atau alat peraga yang sifatnya bisa dilihat. Anak-anak ini cocok dengan tipe belajar lewat buku teks atau video-video yang menayangkan stimulasi yang bersifat visual. Pada anak dengan modalitas belajar ini, mereka akan lebih mudah menghapal dari buku teks, dan punya konsentrasi lebih tinggi dalam membaca.

Sedangkan, pada anak dengan modalitas auditori, ia akan cepat mengingat sesuatu lewat mendengarkan suara. Cukup dengan mendengarkan penjelasan dari guru di depan kelas, ia akan bisa menyerap pelajarannya. Belajar lewat cara diskusi juga akan efektif bagi anak auditori untuk menyerap informasi yang diperlukan.

Yang ketiga adalah modalitas belajar lewat gaya kinestetik. Biasanya, anak kinestetik adalah anak yang dianggap “tidak mau diam,” karena mereka punya penyaluran emosi lewat gerak. Mereka butuh aktivitas-aktivitas motorik, seperti berlari, sepeda, dan lain-lain. Bagi anak seperti ini, belajar dengan cara praktek langsung adalah cara belajar yang paling efektif.

Di antara tiga modalitas belajar ini, mungkin gaya kinestetik yang agak sulit diterapkan di ruang kelas. Masalahnya, belajar dilakukan secara kolektif dimana ada perbedaan tingkat rasio yang tinggi antara jumlah guru dan murid. Untuk menerapkan efektivitas belajar pada anak kinestetik yang banyak bergerak sekaligus mengajar anak-anak visual dan auditori dalam satu kelas rasanya hampir tidak mungkin.

Salah satu solusi untuk masalah ini adalah menurunkan tingkat rasio antara jumlah guru dan murid. Di BIBA (Bimbingan Baca dan Matematika), rasio ini sangat kecil, dimana satu guru menangani hanya 4 anak. Artinya, guru bisa jauh lebih fokus untuk mengamati perkembangan dan karakteristik anak. Termasuk pula, memahami modalitas belajar pada masing-masing anak.

Di bimbingan belajar baca tulis BIBA, metode belajar yang ada disesuaikan dengan modalitas belajar pada murid. Misalkan saja, pada anak dengan modalitas belajar auditori, metode yang digunakan pengajar adalah metode fonem. Sedangkan, pada anak visual, lebih banyak diberikan gambar-gambar aneka warna yang menarik. Sedangkan, pada anak kinestetik digunakan metode Glenn Doman yang menggunakan flash card.

Dengan begini, anak-anak bisa belajar sesuai dengan gaya dan karakteristik mereka, sehingga belajar bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Bayangkan kalau kita harus melakukan sesuatu dengan cara yang tidak sesuai dengan kemampuan atau minat kita, tentu akan membuat tugas jadi lebih rumit dan tidak menyenangkan. Sama saja dengan anak-anak, terlebih karena fokus mereka lebih pada bermain.

Selain itu, bimbingan belajar baca tulis BIBA juga merancang modul-modul yang menarik minat anak, sekaligus untuk menstimulasi keseimbangan otak kiri dan kanan. Jadi, pada pelajaran matematika yang bersifat analitis dan logis pun, BIBA tetap merancang modul-modul yang kreatif dan berseni untuk menstimulasi otak kanan pada anak.

 

Scroll to Top